Bung Karno

Bung Karno
Bapak Marhaenis

Wednesday, 13 October 2010

MAKNA PANCASILA YANG SEBENARNYA

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah!” demikian isi pidato terakhir kenegaraan Bung Karno. Kita sadar bahwa sejarah jadi lebih penting diingat saat hidup tak bertaut dengan suasana genting antara menentukan pilihan hidup merdeka atau pasrah menerima penjajahan. Kita manusia abad 21 yang terus memekikkan “merdeka” dengan baju rapi dan rasa hormat yang tinggi. Teringan dengan sejarah, saya yakin saudara- saudara masih ingat kejadian tanggal 1 oktober yaitu hari kesaktian pancasila. Selama lebih dari 30 tahun, para pendiri rezim militer Orde Baru (terutama dari kalangan TNI-AD) telah menyalahgunakan dan melacurkan Pancasila, dalam rangka untuk melaksanakan de-Sukarnoisasi, dan menghancurkan kekuatan utama pendukung politik Bung Karno, yaitu GmnI dan golongan kiri lainnya. Dengan Pancasila yang sudah dipalsu - atau dibunuh jiwa aslinya- para tokoh militer telah memaksakan legitimasi Orde Baru. Dewasa ini, sisa-sisa kekuatan rezim militer Suharto dkk masih terus berusaha menggunakan (secara licik!) Pancasila untuk mempamerkan barang dagangan mereka yang busuk dan sudah dinajiskan oleh banyak orang, yaitu Orde Baru. Orde Baru telah menyerobot Pancasila dari tangan penciptanya, Bung Karno, dan memakainya untuk hal-hal yang justru bertentangan sama sekali dengan jiwa asli Pancasila.
Kita sebagai mahasiswa, harus memaknai betul makna dari pancasila itu, dimana pancasila adalah ideology Negara kita. Makna pancasila dapat kita ketahui dalam dua jilid buku “Revolusi belum selesai” dapat dibaca kumpulan pidato-pidato Bung Karno sesudah peristiwa G30S, yang banyak menyinggung masalah Pancasila. Berikut adalah satu bagian kecil sekali dari pidato beliau dalam sidang paripurna Kabinet Dwikora di Bogor pada tanggal 6 November 1965 (yaitu kita-kira sebulan lebih setelah terjadinya G30S, ketika para pembesar militer pendukung Suharto mulai menggunakan Pancasila untuk menyerang Bung Karno) :
“Jangan kira, Saudara-saudara, kiri is alleen maar (keterangan : bahasa Belanda, yang artinya : hanyalah ) anti-imperialisme. Jangan kira kiri hanya anti-imperalisme, tetapi kiri juga anti-uitbuiting (penghisapan). Kiri adalah juga menghendaki satu masyarakat yang adil dan makmur, di dalam arti tiada kapitalisme, tiada exploitation de l’homme par l’homme, tetapi kiri. Oleh karena itu saya berkata tempo hari, Pancasila adalah kiri. Oleh karena apa ? Terutama sekali oleh karena di dalam Pancasila adalah unsur keadilan sosial. Pancasila adalah anti-kapitalisme. Pancasila adalah anti-exploitation de l’homme par l’homme. Pancasila adalah anti-exploitation de nation par nation. Karena itulah Pancasila kiri” (Revolusi belum selesai, halaman 77).
Sehingga penulis ingin menyampaikan 1 pesan kepada kawan- kawan seluruhnya menghasut orang-orang terjajah untuk merdeka,. Kita najiskan.
Hidup Mahasiswa….!!!!!

No comments:

Post a Comment

coment yang baik ya