BAB I
PENDAHULUAN
Keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung sudah dipersoalkan sejak dahulu oleh para filosof Cina, Yunani dan Arab, seperti Confucius, Plato, Aristoteles maupun Kalden. Bencana kelaparan (famine), dan kematian langsung dikaitkan dengan faktor ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan potensi lingkungan alam, khusus penyediaan bahan makanan.
Sekitar dua abad lampau permasalahan kependuduk-an dan lingkungan dipersoalkan lagi oleh L. John Graunt, William Path dan TR Malthus. Malthus sudah tegas mempersoalkan tentang kekeringan, banjir, bahaya kelaparan, wabah penyakit, yang disebut positive checks, terjadi sebagai akibat ketidak-seimbangan pertambahan jumlah penduduk dan lingkungan alam. Malthus yakin bahwa manusia akan tetap hidup miskin/melarat dan berakhir dengan kematian, selama terjadi ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung lingkungan, khususnya ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan makanan.
Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan.
Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alkam tidak mampu menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin banyak.
Jumlah penduduk yang terus bertambah mencerminkan pula makin padat jumlah penduduk tiap 1 km2, dapat mempercepat eksploitasi sumberndaya alam dan mempersempit persediaan lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin padat sangat mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan kematian.
Kelahiran dan kematian sebagai peristiwa-peristiwa vital mengatur keseimbangan penduduk dengan potensi alamnya. Makin padat jumlah penduduk dalam jangka pendek, jangka sedang atau jangka panjang akan mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Di daerah-daerah padat penduduk gangguan keseimbangan lingkungan (daya dukung dan daya tampung) disebabkan oleh permintaan yang makin meningkat terhadap berbagai potensi lingkungan, walaupun konsumsi perkapita rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori Penduduk
Tahun 1650 pertumbuhan penduduk dunia meningkat pesat
• Penduduk Aropa, AS, Amerika tengah, & Amerika selatan 113 juta
Tahun 1750 153,4 jt
Tahun 1850 325 jt
Pada waktu yang sama
Penduduk benua Asia Afrika, meningkat 2 kali
Di sisi lain, terjadi:
• Kemiskinan
• Kekurangan pangan
Apa penyebabnya?
Aliran Aliran Pemikir Demografi
1. Aliran Malthusian
Thomas Robert Malthus
(Pendeta Inggris, 1766-1834)
Pertumbuhan penduduk perlu dikendalikan, bila tidak , maka akan terjadi pertumbuhan penduduk dengan cepat, sedangkan laju pertambahan pangan lambat.
Pengendalian jumah penduduk :
1. Preventive Checks
Menekan kelahiran:
• Moral restraint ---> utama (pengekangan diri) dengan :
- mengekang nafsu sek
- homoseksual
• Vice: (kejahatan) dengan
- penggunaan alat kontrasepsi
- pengguguran kandungan
2. Positive Checks
Melalui proses kematian
• Vice [kejahatan]
Dengan pembunuhan:
o Anak-Anak
o Orang-orang cacat
o Orang-orang tua
• Misery [kesengsaraan] dengan adanya :
o Penyakit
o Epidemi
o Bencana Alam
o Kekurangan pangan
o Peperangan
Kritik terhadap teori Malthus:
Malthus tidak memperhitungkan:
1. Kemajuan trasportasi
2. Kemajuan teknologi yg pesat
3. Usaha pengendalian kelahiran
4. Bahwa perbaikan sosek dpt menurunkan fertilitas
2. Aliran Neo Malthusian
(Pendukung Malthus yang radikal)
• Garrett Hardin
• Paul Ehrlich
Tidak sependapat bahwa:
Mengurangi jumlah penduduk cukup Dengan moral restraint
Mereka menganjurkan Vice:
• Penggunaan alat kontrasepsi
• Pengguguran kandungan
Paul Ehrlich (1971) menggambarkan:
1. Dunia sudah terlalu banyak manusia
2. Bahan makanan sangat terbatas
3. Lingkungan sudah banyak rusak dan tercemar
Meadow mengngkapkan ketika SDA Melimpah maka jumlah penduduk akan berambah dengan cepat. Di karenakan pertumbuhan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya SDA dan juga sebaliknya.
3. Aliran Marxist
o Karl Marx dan Fridrich Engels (Lahir di Jerman lalu hijrah ke Inggris)
Tidak sependapat bahwa:
“ Bila tidak diadakan pembatasan jumlah penduduk maka manusia akan kekurangan pangan”
Menurut marx tekanan penduduk yang terdapat dalam suatu Negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada Negara- Negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga menimbulkan kemelaratan buruh tersebut. Selanjutnya marx juga mengatakan bahwa para kaum kapitalis membeli mesin- mesin untuk menggantikan pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan oleh buruh. Sehingga untuk mengatasi hal- hal tersebut system kapitalis harus di ubah ke system sosialis.
Dalam system sossialis alat- alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka, oleh karena itu kemelaratan akan dapat teratasi. Marx: juga menambahkan “Semakin banyak jumlah manusia, semakin tinggi produksi yang dihasilkan” dengan demikian Tidak perlu diadakan pembatasan pertumbuhan penduduk dan Menentang usaha-usaha moral restraint .
Sama dengan teori Robert Malthus dimana teorinya banyak dianut , begitu juga dengan teori marx banyak mendapat pengikut. Setelah Perang Dunia II dunia dibagi menjadi tiga kelompok anatara lain sebagai berikut :
1. Negara-negara Kapitalis
o Membenarkan teori Malthus
• AS
• Inggris
• Perancis
• Australia
• Canada
• Amerika Latin
2. Negara-negara Sosialis
• Uni Soviet
• Eropa Timur
• RRC
• Korea Utara
• Vietnam
3. Negara-negara Non Blok
• India
• Mesir
• Indonesia
Kritik terhadap teori Marx:
Marx menyatakan “ Hukum kependudukan di negara Sosialis merupakan antithesa hukum kependudukan di negara Kapitalis”. Menurut hokum ini :
o Bila di negara Kapitalis:
• Tingkat Kelahiran dan kematian sama sama rendah
o Sedangkan di negara Sosialis:
• Tingkat Kelahiran dan kematian sama sama tinggi
Namun kenyataan tidaklah demikian:
1. Tingkat Pertumbuhan penduduk Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara Kapitalis
2. RRC tidak dapat mentolerir pertumbuhan penduduk yang tidak dihambat dengannajaran marx karena di beberapa wilayah bahan makanan sudah sangat terbatas. Pada tahun 1953 RRC mulai membatasi pertumbuhan penduduk dengan alat –alat kontrasepsi dan pengguguran anak ( Aborsi )
Teori Kependudukan Mutakhir
Pada akhir abad 19 & awal abad 20 Diadakan formulasi kembali ( Reformulations ) Beberapa teori kependudukan terutama teori Malthus dan Marx. Teori teori ini dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok yaitu :
Teori Fisiologis & Sosial Ekonomi
1. John Stuart Mill
(Ahli filsafat & ekonom Inggris)
Menerima pendapat Malthus
“ Laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma”
Berpendapat:
1. Pada situasi tertentu, manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya
2. Bila produktifitas seseorang tinggi, ia cenderung ingin mempunyai keluarga kecil
3. Umumnya perempuan tidak menghendaki anak banyak
Maka Fertilitas akan rendah (Taraf hidup mempengaruhi fertilitas), jadi taraf hidup determinan fertelitas.
Menentang pendapat Malthus & Marx:
• Tidak benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan ( Malthus )
• Kemiskinan disebabkan karena sistem kapitalis ( Marx )
• Dan Kekurangan bahan pangan bersifat sementara.
Solusi:
• Impor bahan pangan
• Transmigrasi
Saran Mill:
Meningkatkan gololongan taraf hidup yang tidak mampu misalnya melalui pendidikan, dengan demikian penduduk secara rasional mereka akan mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada. Mill juga mengumakakan bahwa umumnya perempuan tidak menghendaki anak yang banyak, dan apabila kehendak mereka diperhatikan maka tingkat kelahiran akan akan rendah.
2. Arsene Dumont
(Ahli demografi Perancis) Akhir abad 19
Pada tahun 1890 Arsene Dumont melancarkan Teori Kapilaritas Sosial ( theory fo social capalirity ) yang mengacu pada : “ Keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yg tinggi di masyarakat”. Teori ini dapat berkembang baik pada Negara Demokrasi.
Di Perancis (abad 19) dimana sisitem demokrasi sangant baik, Tiap orang berlomba mencapai kedudukan yang tinggi & akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat, berbeda dengan Di Negara Sosialis tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan Sistem kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.
3. Emile Durkheim
(Ahli Sosiologi Perancis) Akhir abad 19.
Emile Durkheim Menenekanan perhatiannya pada akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi . ia mengatakan pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, maka akan timbul persaingan diantara penduduk untuk mempertahankan hidupnya. Dalam usaha mememnangkan persaingan tiap- tiap orang berusaha untuk meningkatkan Pendidikan & ketrampilan dan mengambil Spesialisasitertentu. Keadaan seperti ini jelas terlihat pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
Apabila dibandingkan antara masyrakat tradisional dan masyarakat industry, akan terlihat bahwa pada masyarakat tradisional tidak terjadi persaingan yang ketat dalam memperoleh pekerjaan, pada masyrakat industry persaingan sangat ketat. Tesis dari Durkheim ini didasarkan atas teori evolusi Darwin dan juga pemikiran dari Khaldun.
4. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
(Penganut teori fisiologi)
Thomson mengeumukakan “ Daya reproduksi dibatasi oleh jumlah penduduk, jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun” (demikian juga sebaliknya)
Thomson (1953) Meragukan teori Fisiologi ini setelah kejadian Di Jawa, India, dan Cina Penduduknya sangat padat, tapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini teori Malthus lebih konkret daripada teori Thomson. Seperti pendapat Malthus: “ Penduduk di suatu wilayah dapat memiliki fertilitas tinggi, tetapi pertumbuhan alamiah rendah karena tingginya kematian”. Namun demikian, Penduduk tidak memiliki fertilitas tinggi bila tidak memiliki kesuburan (fecunditas)
Teori Doubleday hamper sama dengan teori sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan kepadatyan penduduk,maka doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia.
Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru pengekang perkembangan penduduk.
Teori fisiologi ini banyak di ilhami oleh teori reaksi dan reaksi dalam meninjau perkembangan penduduk suatu Negara atau wilayah. Teori ini dapat pula menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.
2. Teori Teknologi
Penganut teori ini berangapan bahwa “ Manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu:
• Melipatgandakan produksi pertanian
• Mengolah bahan-bahan habis pakai
Dengan teknologi:
• Dunia dapat menampung 15 miliun orang
• Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam
Kelompok Teknologi menentang teori daripada Malthus. Kelompok Malthus & Kelompok Teknologi nMendapat kritik dari kelompok ekonomi karena kedua- duanya Tidak memperhatikan organisasi social dimana distribusi pendapatan tidak merata sehingga menimbulkan penduduk Tetap ada yang miskin
Contoh: di Brasilia, dimana GNP ( pendapatan nasional ) tidak dinikmati oleh rakyat banyak.
BAB III
KESIMPULAN
1. Aliran Malthusian
Pertumbuhan penduduk perlu dikendalikan, bila tidak , maka akan terjadi pertumbuhan penduduk dengan cepat, sedangkan laju pertambahan pangan lambat.
Pengendalian jumah penduduk :
a. Preventive Checks
Menekan kelahiran:
• Moral restraint ---> utama (pengekangan diri) dengan :
• Vice: (kejahatan) dengan
b. Positive Checks
Melalui proses kematian
• Vice [kejahatan]
• Misery [kesengsaraan]
2. Aliran Neo Malthusian
(Pendukung Malthus yang radikal)
• Garrett Hardin
• Paul Ehrlich
Tidak sependapat bahwa:
Mengurangi jumlah penduduk cukup Dengan moral restraint
Mereka menganjurkan Vice:
• Penggunaan alat kontrasepsi
• Pengguguran kandungan
Meadow mengngkapkan ketika SDA Melimpah maka jumlah penduduk akan berambah dengan cepat. Di karenakan pertumbuhan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya SDA dan juga sebaliknya.
3. Aliran Marxist
o Karl Marx dan Fridrich Engels (Lahir di Jerman lalu hijrah ke Inggris)
Tidak sependapat bahwa:
“ Bila tidak diadakan pembatasan jumlah penduduk maka manusia akan kekurangan pangan”
3. Tingkat Pertumbuhan penduduk Uni Soviet hampir sama dengan negara-negara Kapitalis
4. RRC tidak dapat mentolerir pertumbuhan penduduk yang tidak dihambat dengannajaran marx karena di beberapa wilayah bahan makanan sudah sangat terbatas. Pada tahun 1953 RRC mulai membatasi pertumbuhan penduduk dengan alat –alat kontrasepsi dan pengguguran anak ( Aborsi )
Teori Kependudukan Mutakhir
Pada akhir abad 19 & awal abad 20 Diadakan formulasi kembali ( Reformulations ) Beberapa teori kependudukan terutama teori Malthus dan Marx. Teori teori ini dapat dibagi menjadi 2 ( dua ) kelompok yaitu :
Teori Fisiologis & Sosial Ekonomi
a. John Stuart Mill
(Ahli filsafat & ekonom Inggris)
Menerima pendapat Malthus
“ Laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma”
b. Arsene Dumont
(Ahli demografi Perancis) Akhir abad 19
Pada tahun 1890 Arsene Dumont melancarkan Teori Kapilaritas Sosial ( theory fo social capalirity ) yang mengacu pada : “ Keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yg tinggi di masyarakat”. Teori ini dapat berkembang baik pada Negara Demokrasi.
c. Emile Durkheim
(Ahli Sosiologi Perancis) Akhir abad 19.
Emile Durkheim Menenekanan perhatiannya pada akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi . ia mengatakan pada suatu wilayah dimana angka kepadatan penduduknya tinggi akibat dari tingginya laju pertumbuhan penduduk, maka akan timbul persaingan diantara penduduk untuk mempertahankan hidupnya. Dalam usaha mememnangkan persaingan tiap- tiap orang berusaha untuk meningkatkan Pendidikan & ketrampilan dan mengambil Spesialisasitertentu. Keadaan seperti ini jelas terlihat pada masyarakat perkotaan dengan kehidupan yang kompleks.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday
(Penganut teori fisiologi)
Thomson mengeumukakan “ Daya reproduksi dibatasi oleh jumlah penduduk, jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun” (demikian juga sebaliknya)
Teori Doubleday hamper sama dengan teori sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan kepadatyan penduduk,maka doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia.
Teori Teknologi
Penganut teori ini berangapan bahwa “ Manusia dengan ilmu pengetahuannya mampu:
• Melipatgandakan produksi pertanian
• Mengolah bahan-bahan habis pakai
Dengan teknologi:
• Dunia dapat menampung 15 miliun orang
• Dunia tidak akan kehabisan sumber daya alam
DAFTAR PUSTAKA
Mantra, Ida Bagus (2009). Demografi Umum. Yogyakarta , Pustaka Pelajar Offset
http://mylapo.com/archives/115
tak da kata malas selain giat , tak ada kata mencapai cita2 setinggi bintang di langit melainka setinggi- tinggi bintang,
Sunday, 26 September 2010
Saturday, 4 September 2010
Potensi Gagal Panen, Dampak Letusan Sinabung
Kekhawatiran gagal panen dan berkurangnya pasokan sayur mayur dan
buah-buahan dari wilayah Kabupaten Karo merupakan dampak lain dari letusan Gunung Sinabung. Setidaknya, selama pengungsi belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing, sejumlah besar lahan sayur dan buah terancam terbengkalai selain tertutup abu vulkanik.
Diperkirakan sekitar ribuan hektare tanaman sayur dan buah terancam layu
dan mati akibat tertutup debu vulkanik letusan Gunung Sinabung. Tercatat sekitar hampir 9 ribu hektare lahan holtikultura andalan Kabupaten Karo itu di sekitar Kecamatan Simpang Empat dan Naman Teran sudah tertutup debu vulkanik. Padahal sebagian besar hasil tanam itu merupakan pasokan sayur mayur dan buah-buhan bagi Kota Medan sekitarnya, bahkan sebagian diekspor ke malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Selama empat hari sejak Gunung Sinabung menggeliat (termasuk dua kali letusan), sejak Jumat lalu, sontak lahan holtikultura itu terbengkalai, karena penduduk yang mengusahai lahannya mengungsi atau dievakuasi ke luar daerah ancaman bencana letusan.
Potensi gagal panen sayur dan buah ini sudah memengaruhi harga penjualan sayur-mayur dan buah-buahan di Medan dan Sumatra Utara. Harga sayuran seperti wortel, kol, tomat, cabai, jagung, markisa, jeruk… mulai merangkak naik melebihi seribu rupiah per kilogram-nya. Sementara Dinas Pertanian Kabupaten Karo belum bisa memastikan apakah sayur dan buah yang sudah tertutup abu vulkanik itu masih bisa dipanen atau tidak.
Terlepas dari itu, sepanjang Senin, Gunung Sinabung masih terus mengeluarkan asap dan beberapa puluh kali terjadi letusan-letusan kecil.
Namun secara umum kondisi Gunung Sinabung mulai mereda dan relatif aman, kecuali di area radius 6 km dari kaki Gunung Sinabung.
Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) memprediksi tekanan magma di dasar Gunung Sinabung mulai menurun dan kini tercipta kawah baru di bagian kepundannya. Terciptanya kawah baru di puncak Gunung Sinabung ini bisa mengurangi tekanan magma di perut gunung. Hingga lewat tengah malam (Selasa dinihari), asap disertai abu vulkanik masih keluar dari kawah Gunung Sinabung. * (berbagai sumber)
Source: Potensi Gagal Panen, Dampak Letusan Sinabung | Berita Cerita Kota Medan http://www.medantalk.com/potensi-gagal-panen-dampak-letusan-sinabung/#ixzz0yXxOccht
Copyright: www.MedanTalk.com
buah-buahan dari wilayah Kabupaten Karo merupakan dampak lain dari letusan Gunung Sinabung. Setidaknya, selama pengungsi belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing, sejumlah besar lahan sayur dan buah terancam terbengkalai selain tertutup abu vulkanik.
Diperkirakan sekitar ribuan hektare tanaman sayur dan buah terancam layu
dan mati akibat tertutup debu vulkanik letusan Gunung Sinabung. Tercatat sekitar hampir 9 ribu hektare lahan holtikultura andalan Kabupaten Karo itu di sekitar Kecamatan Simpang Empat dan Naman Teran sudah tertutup debu vulkanik. Padahal sebagian besar hasil tanam itu merupakan pasokan sayur mayur dan buah-buhan bagi Kota Medan sekitarnya, bahkan sebagian diekspor ke malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Selama empat hari sejak Gunung Sinabung menggeliat (termasuk dua kali letusan), sejak Jumat lalu, sontak lahan holtikultura itu terbengkalai, karena penduduk yang mengusahai lahannya mengungsi atau dievakuasi ke luar daerah ancaman bencana letusan.
Potensi gagal panen sayur dan buah ini sudah memengaruhi harga penjualan sayur-mayur dan buah-buahan di Medan dan Sumatra Utara. Harga sayuran seperti wortel, kol, tomat, cabai, jagung, markisa, jeruk… mulai merangkak naik melebihi seribu rupiah per kilogram-nya. Sementara Dinas Pertanian Kabupaten Karo belum bisa memastikan apakah sayur dan buah yang sudah tertutup abu vulkanik itu masih bisa dipanen atau tidak.
Terlepas dari itu, sepanjang Senin, Gunung Sinabung masih terus mengeluarkan asap dan beberapa puluh kali terjadi letusan-letusan kecil.
Namun secara umum kondisi Gunung Sinabung mulai mereda dan relatif aman, kecuali di area radius 6 km dari kaki Gunung Sinabung.
Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) memprediksi tekanan magma di dasar Gunung Sinabung mulai menurun dan kini tercipta kawah baru di bagian kepundannya. Terciptanya kawah baru di puncak Gunung Sinabung ini bisa mengurangi tekanan magma di perut gunung. Hingga lewat tengah malam (Selasa dinihari), asap disertai abu vulkanik masih keluar dari kawah Gunung Sinabung. * (berbagai sumber)
Source: Potensi Gagal Panen, Dampak Letusan Sinabung | Berita Cerita Kota Medan http://www.medantalk.com/potensi-gagal-panen-dampak-letusan-sinabung/#ixzz0yXxOccht
Copyright: www.MedanTalk.com
Subscribe to:
Posts (Atom)